Opensource dan linux tidaklah bisa jauh dari yang namanya komunitas. Yah,, di komunitaslah, tercipta distro linux yang handal, stabil , dan mudah digunakan. Anggota-anggota komunitas secara bersama-sama memberi masukan, melakukan pengujian, dan menyusun paket demi paket program yang diperlukan sehingga terbentuk distro linux yang lengkap.
Demikian juga di Indonesia. Komunitas linux tumbuh dan berkembang, baik yang mengusung distro dari luar negeri maupun yang membuat sendiri distro linux karya anak bangsa. Meskipun demikian, tidak sedikit komunitas linux yang tadinya ramai dan mengalami masa kejayaan, menjadi sepi dan mati suri. Padahal perkembangan distro linux yang diusungnya, sangat pesat dan komunitasnya di luar negeri sangat aktif dan besar. Mengapa ini bisa terjadi di Indonesia?
Banyak faktor yang menyebabkan turunnya pamor suatu komunitas distro linux di Indonesia. Budaya dan kultur masyarakat kita berbeda dari budaya dan kultur di luar negeri. Oleh karena itu, berikut ini adalah beberapa tip dan trik untuk mengembangkan komunitas linux di dalam negeri menurut pengalaman saya selama ini berkecimpung dalam komunitas.
1.Unik dan Khas
Komunitas linux, baik yang mengusung distro linux secara spesifik maupun komunitas linux umum harus memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Ciri khas itu bisa berupa aturan berinteraksi dalam komunitas, cara berkomunikasi, maupun hal-hal sederhana dengan adanya yel-yel, simbol atau motto tertentu, dan lain sebagainya. Ciri khas ini bisa diterapkan dan diberlakukan oleh pengurus yang bersangkutan atau berdasarkan kesepakatan seluruh anggota. Intinya bagaimana membuat sebuah komunitas linux bisa langsung dikenali oleh masyarakat berdasarkan ciri khasnya itu. Anggota yang bergabung di suatu komunitas akan bisa merasakan perbedaannya jika dia berada di lingkungan komunitas satu dan jika dia berada dikomunitas yang lainnya. Komunitas linux yang unik dan memiliki ciri khas tertentu akan lebih dihargai oleh masyarakat dan otomatis akan menjadi daya tarik tertentu untuk merekrut anggota baru.
2. Pendanaan
Linuxnya mungkin gratis, tapi tidak dengan sarana pendukungannya. Sebuah komunitas membutuhkan sarana dan prasarana untuk berinteraksi dengan anggotanya. Umumnya tentu saja website, forum diskusi, milis, dan chatroom. Semua ini jelas membutuhkan biaya perawatan, mulai dari sewa hosting atau VPS, daftar Domain, dan upgrade kapasitas sistem. Belum lagi dengan kegiatan-kegiatan komunitas. Jelas semua itu perlu dukungan dana yang tidak sedikit.
Dana dapat diperoleh dari donasi. Tapi hal ini tidak bisa diandalkan mengingat budaya masyarakat kita yang masih belum terbiasa untuk donasi sukarela. Sponsorship adalah salah satu sumber dana, cuma dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu dicermati. Utamanya adalah sponsor tidak boleh bertentangan dengan semangat open source. Jangan sampai komunitas linux disponsori oleh perusahaan software proprietary atau yang tidak ada hubungannya dengan dunia IT, misalnya perusahaan popok bayi atau perusahaan rokok. Sponsor yang tepat, selain bisa menambah kas komunitas juga dapat memberikan dukungan lainnya bagi perkembangan komunitas linux yang bersangkutan.
Pendapatan lainnya bisa diperoleh dengan membuat kegiatan, misalnya mengadakan seminar dan pelatihan, dimana keuntungannya sebagian besar masuk ke kas komunitas.
Iuran anggota juga bisa diberlakukan, dimana anggota terdaftar akan mendapat beberapa hal yang lebih istimewa dibandingkan anggota yang tidak terdaftar.
Silahkan berfikir kreatif untuk mencari sumber dana bagi komunitas, karena tanpa adanya dana, maka komunitas akan menjadi pasif, mati suri, dan lama-lama mati beneran.
3. Dukungan anggota
Komunitas linux yang baik bukan berarti harus memiliki anggota yang besar dan berlimpah ruah, tapi yang pokok adalah memiliki banyak anggota yang loyal dan peduli terhadap perkembangan komunitas. Loyalitas ini bisa timbul karena adanya saling memiliki. Komunitas linux bagi mereka bukan sekedar kelompok penggemar linux, tapi sudah seperti keluarga sendiri. Mereka tidak hanya bergabung untuk belajar, tapi juga saling berbagi ilmu, pengalaman, bahkan suka duka bersama anggota yang lain.
Hindari adanya jurang pemisah antar anggota, tidak ada anggota yang ahli dan tidak ada anggota yang pemula/newbie. Semua sama, saling belajar bersama-sama. Peraturan yang tegas dari pegurus dan budaya khas yang sudah terbentuk dalam suatu komunitas linux akan memudahkan hal ini.
4. Hormati HAKI
Komunitas linux adalah komunitas opensource, meskipun begitu haruslah menghargai dan menjunjung tinggi hak cipta dan hak milik pihak lain, termasuk hak cipta program berlisensi non opensource. Sering dijumpai dalam suatu komunitas, Sistem Operasinya memang memakai linux, tetapi aplikasi di dalamnya masih memakai aplikasi bajakan yang dijalankan via emulator (wine, playonlinux, ataupun crossover)
Sudah kewajiban suatu komunitas linux untuk mendidik penghargaan hak cipta ini ke anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Hapus tulisan yang berkaitan dengan crack dan pembajakan perangkat lunak serta beri peringatan dan pengertian kepada anggota yang melanggar HAKI.
Ajak dan ajarkan anggota untuk menggunakan solusi opensource dibandingkan menggunakan program bajakan. Dan seandainya diperlukan penggunaan program berlisensi dan berbayar, maka anjurkan kepada anggota untuk memakai program yang legal.
5. Sumber informasi
Komunitas linux adalah sumber informasi utama tentang perkembangan linux dan opensource. Oleh karena itu, perbarui informasi, berita, dan artikel-artikel yang menyangkut opensource atau distro linux yang diusung oleh komunitas.
Hidupkan interaksi dan komunikasi antar anggota dengan membuat bahasan yang berkaitan dengan info terbaru seperti pembaruan fitur, sistem, maupun perbaikan bug dari distro linux tersebut.
Artikel , tutorial, dan buku elektronik dalam bahasa Indonesia, yang membahas cara instalasi dan konfigurasi distro linux, baik tingkat pemula maupun tingkat lanjut, sangat diperlukan oleh anggota dalam beradaptasi menggunakan linux tersebut.
Semakin banyak informasi dalam suatu komunitas, maka semakin ramai komunitas tersebut dikunjungi oleh masyarakat dan pada akhirnya akan menambah jumlah anggotanya.
Berita usang dan minimnya informasi di dalam suatu komunitas, akan menyebabkan komunitas tersebut cepat ditinggalkan oleh anggotanya.
6. Promosi
Jangan seperti kios penjual koran dipinggir jalan yang duduk diam menunggu pembeli datang, jadilah loper koran, yang berjalan dari rumah kerumah dan teriak-teriak di bawah lampu merah sambil melambai-lambaikan koran dagangannya.
Analogi diatas maksudnya, promosikan komunitas linux anda. Jangan hanya pasif, membuat komunitas dan menunggu datangnya anggota satu persatu.
Gunakan jejaring sosial, seperti Facebook, Google+, Twitter,dll. Gunakan forum diskusi seperti Kaskus, KIOS, dll. Dan jika perlu iklankan di koran atau majalah. Buat kegiatan dan promo ke masyarakat. Kenalkan dan tampilkan komunitas linux anda. Anjurkan kepada anggota lainnya untuk melakukan hal serupa, jika mereka bangga dengan keberadaan komunitasnya, maka mereka akan secara sukarela mempromosikan komunitas linuxnya tersebut.
Dengan semakin terkenalnya komunitas anda, maka anggota baru akan banyak berdatangan.Pertama jelas penasaran, selanjutnya… terserah bagaimana komunitas anda untuk membinanya.
7. Regenerasi
Umumnya suatu komunitas linux tumbuh dan berkembang tergantung kepada figur pendiri dan pengurus-pengurusnya. Hal ini yang sering jadi bumerang, disaat pengurusnya tersebut pensiun, maka komunitasnya juga ikut pensiun.
Tidak ada lagi figur yang menjadi tulang punggung komunitas menyebabkan komunitas kehilangan arah dan tujuan, yang ujung-ujungnya akan mati dengan sendirinya.
Komunitas yang baik harus mempunyai sistem regenerasi. Regenerasi meliputi pertukaran ilmu, keahlian, dan terutama adalah penegasan visi dan misi komunitas. Calon pengurus yang baru harus mempunyai keahlian, loyalitas, dan mampu menjaga visi dan misi komunitas tersebut didirikan sejak awal. Pembinaan sejak dini terhadap anggota yang memiliki potensi, wajib dilakukan. Kewajiban pengurus komunitas tersebut untuk mencari pengganti yang sepadan dengan dirinya dan sanggup menahkodai komunitas itu sepeninggalan dirinya kelak.
8. Bisnis
Komunitas linux selama ini dipandang sebagai wadah kumpul-kumpul anggota yang tertarik mempelajari linux tertentu, dimana disana kita bisa ngobrol-ngobrol, bertukar pengalaman, dan mendapat ilmu secara gratis. Hal ini tidaklah salah.Opensource adalah kebebasan, tapi dunia opensource juga memiliki sisi bisnis yang sangat baik untuk dikembangkan.
Komunitas sudah saatnya belajar dan mengajari anggotanya untuk menggunakan solusi opensource termasuk linux, sebagai mata pencaharian dan usaha. Anggota komunitas yang cukup besar merupakan jaringan yang luas untuk pemasaran usaha. Jika anggota komunitas mampu mendayagunakan linux tersebut sebagai usaha mencari nafkah, maka otomatis komunitas akan membantu memperbaiki taraf hidup anggotanya, dan dengan anggota yang hidup berkecukupan akan ada timbal balik yang mampu menyokong finansial dan perkembangan komunitas kedepannya.
Bisnis disini bukan berarti menyimpan ilmu untuk dirinya sendiri karena takut dikuasai oleh saingan.Ingat! rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan. Berusaha mencari nafkah sambil mengamalkan ilmu adalah hal terbaik yang bisa dilakukan oleh manusia.
9 Comments